MAKALAH
ANALITIK I
“jenis-jenis
TITRASI"
DISUSUN OLEH:
NAMA :ROCKY R. NIKIJULUW
NIM : 2010 -41- 020
PRODY : PEND
KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena atas berkat dan
rahmatnya,penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa kurang suatu apapun.
Adapun makalah ini kami buat hanya sebatas
kemampuan kami,sehingga mungkin banyak terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan ini.untuk iitu saran dan kritik penulis terima demi menyempurnakan
makalah ini.
Ambon
17 januari 2012
Penulis.
DAFTAR
ISI
Cover
……………………………………………………………………………………………………………………………………………1
Kata pengantar
……………………………………………………………………………………………………………………………2
Daftar isi
……………………………………………………………………………………………………………………………….………3
Bab I pendahuluan………………………………………………………………………………………………………………..……4
1.1LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………………………………………….……..……4
2 TUJUAN PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………………………..……..…..4
PERUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………………………………………………….……......….4
Bab II
pembahasan ……………………………………………………………………………………………………….….…..…….5
PENGERTIAN TITRASI ………………………………………………………………………………………………………………..……..………5
PEMBAGIAN ANALISIS VOLUMETRI ………………………………………………………………………………………………..…….…….5
·
titrasi asam basa
…………………………………………………………………………………………………..……..……5
·
titrasi pengendapan
………………………………………………………………………………………….…….…………12
·
titrasi redoks……………………………………………………………………………………………..………………………17
·
titrasi kompleksometri
……………………………………………………………………………………………….…..…20
Bab III
penutup ……………………………………………………………………………………………………………………………..23
·
Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………………………….23
·
Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………23
Daftar pustaka ………………………………………………………………………………………………………….………………….24
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1LATAR
BELAKANG
Dalam percobaan dalam
laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan dengan yang disebutdengan
titrasi.
titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
2
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan
pembahasan masalah-masalah dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
dan mampu menjelaskan tentng jenis-jenis titrasi dan penerapannya. Selain itu
makalah ini juga dibuat dengan tujuan membuka pola piker srta memenuhi tugas
yang diberikan.
PERUMUSAN
MASALAH
Perumusan masalah secara singkat dari isi masalah
ini adalah sebagai berikut :
Ø PENGERTIAN
TITRASI
Ø PEMBAGIAN
ANALISIS VOLUMETRI
·
titrasi asam basa
·
titrasi pengendapan
·
titrasi redoks
·
titrasi kompleksometri
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
TITRASI
Titrasi adalah suatu
metoda analisa kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan.
Titrasi juga dapat diartikan sebagai perubahan secara berangsur-angsur suatu
larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat pada larutan lain yang
konsentrasinya tidak diketahui sampai reaksi kimia di antara kedua larutan itu
selesai. Karena pengukuran memainkan peranan penting
dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik.
PEMBAGIAN
ANALISIS VOLUMETRI
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan
larutan standar, maka analisis volumetri dibagi atas :
·
titrasi asam-basa
·
titrasi pengendapan
·
titrasi redoks
·
titasi pembentukan kompleks
(kompleksometri)
·
1.TITRASI
ASAM BASA
Studi kuantitatif mengenai reaksi
penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan mengunakan prosedur
yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard solution),
ditambahkan
secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak diketahui, sampai
reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai sempurna jika kita
mengetahui volume larutan standard dan larutan tidak diketahui yang digunakan
dalam titrasi,maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui
itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Cara Melakukan Titrasi Asam Basa
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku
dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah
(gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya,
indikator fenoftalien
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri
tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas
putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan
sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan
warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi !
set alat titrasi
Sebelum melakukan titrasi, biasanya suatu
larutan akan distandarkan terlebih dahulu, Proses penentuan konsentrasi larutan satandar
disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang
diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.
Ada dua cara menstandarkan larutan
yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan
standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan.
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar
analisis volumetri apabila memenuhi persyaratan berikut :1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan.
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant.
sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,
sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,
Ada dua cara umum
untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa.indikator sendiri adalah zat
yang memiliki perbedaan warna mencolok pada asam atau basa.
Tabel 1.1 Indikator untuk asam dan
basa
Nama
|
Jangka pH dalam mana terjadi
perubahan warna
|
Warna asam
|
Warna basa
|
Kuning metil
|
2 – 3
|
Merah
|
Kuning
|
Dinitrofenol
|
2,4 - 4,0
|
Tak berwarna
|
Kuning
|
Jingga metil
|
3 – 4,5
|
Merah
|
Kuning
|
Merah metil
|
4,4 – 6,6
|
Merah
|
Kuning
|
Lakmus
|
6 -8
|
Merah
|
Biru
|
Fenophtalein
|
8 – 10
|
Tak berwarna
|
Merah
|
Timolftalein
|
10 -12
|
Kuning
|
Ungu
|
Trinitrobenzena
|
12 -13
|
Tak berwarna
|
jingga
|
Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara
kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan,
dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah
indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.
Dalam
percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam
suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai
reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan
warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau
karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik
akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen).
Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan
titrasi .
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam =
mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara
Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas
(M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus
diatas menjadi:
nxMxV
asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume.
N = Normalitas
V = Volume.
Titrasi asam-basa juga terbagi atas beberapa jenis :
1)
titrasi asam kuat-basa kuat
2)
titrasi asam kuat-basa lemah
3)
titrasi asam kuat-garam dari basah lemah
4)
titrasi basa kuat-garam dari basah lemah
1.TITRASI ASAM KUAT-BASA KUAT
Titrasi asam
kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Pada titrasi asam –basa dapat
ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+ bereaksi
dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi
pada titik ekuvalen PH adalah netral.
Titrasi asam kuat-basa kuat
apabila dialirkan asam pada basa maka gambaran sederhana kurva adalah seperti di bawah ini :
Sedangkan apila dialirkan basa pada asam, maka kurva merupakan kebalikan dari kurva di atas :
2. TITRASI ASAM KUAT-BASA LEMAH
Titrasi
ini ini Pada
akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Contoh titrasi ini adalah asam
hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.
NH3
(aq) + HCl (aq) NH4Cl
(aq)
Apabila mengalirkan asam pada basa maka gambaran
sederhana bentuk kurva adalah :
Karena anda memiliki basa lemah,
permulaan kurva sangat jelas berbeda. Bagaimanapun, sekali anda mendapatkan
kelebihan asam, kurva pada dasarnya sama seperti sebelumnya.
Pada bagian permulaan kurva, pH
menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam, tetapi kemudian kurva
segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini karena
terbentuk larutan penyangga – sebagai akibat dari kelebihan amonia dan
pembentukan amonium klorida.
Harus diperhatikan bahwa titik
ekivalen sekarang sedikit bersifat asam (sedikit lebih kecil daripada pH 5),
karena amonium klorida murni tidak netral. Karena itu, titik ekivalen tetap
turun sedikit curam pada kurva. Hal itu akan menjadi sangat penting dalam
pemilihan indikator yang tepat.
Apabila mengalirkan basa pada asam
maka bentuk kurva :
3.TITRASI ASAM KUAT-GARAM DARI BASA
LEMAH
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan
titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan tetapi
kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa
kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL
dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O
Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:
Kurva titrasi 0,1 M NH4OH dengan 0,1 M HCl
TITRASI BASA KUAT GARAM DARI BASA LEMAH
Contoh titrasi ini adalah :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
2.TITRASI
PENGENDAPAN
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan dari
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan dari
zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).
Suatu reaksi endapan
dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion
yang akan mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya.
Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :
1)
cara mohr
2)
cara volhard dan,
3)
cara fayans
pada penentuan dengan cara
mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak
sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida
dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya
endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk
menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida
ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah sedikit dan berlebihan.
Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat mengunakan
indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik
digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator
suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk
selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3 digunakan sebagai
titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-,Br‑,I‑,SCN‑.
jika suatu larutan klorida di titrasi maka endapan klorida
akan mengapsorsi ion Cl- (suatu endapan mempunyai kecenderungan
untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan absopsi kedua muatan
yang berlawanan.
Mekanisme kerja dari indicator absorpsi ialah bahwa pada
titik ekuvalen, indicator akan diabsopsi oleh endapan dan selama proses
penyerapan ini terjadi perubahan warna pada indicator.
Setelah titik ekuvalen tercapai , ion Ag+ terdapat
dalam keadaan kelebihan dan
ion Ag+ ini akan menjadi lapisan adsopsi pertama dan ion NO3‑
menjadi absopsi kedua.
Jika terdapat flouresien dalam larutan , ion negatif dan
floresien akan diapsopsi lebih dahulu karena lebih kuat dari ion NO3‑
dan ditandai dengan warna merah muda dari senyawa kompleks antara ion
floresienada dan ion perak pada
permukaan setelah kelebihan ion perak.
Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :
1) jumlah metode tidak sebanyak titrasi
asam basa.
2) Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.
3) Komposisi endapan sering tidak
diketahui pasti.
KURVA TITRASI PENGENDAPAN
Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara perubahan
konsentrasi analit pada sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis. Pada umumnya
konsentrasi analit dinyatakan dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X] sedangkan
volume titran dalam satuan milliliter. Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3
bagian wilayah yaitu sebelum titik ekuivalen, pada saat titik
ekuivalen dan setelah titik ekuivalen. Untuk menggambar kurva titrasi argentometri maka perhatikan contoh berikut ini:
50 mL larutan NaCl 0,1 M dititrasi
dengan 0,1 M larutan perak nitrat AgNO3, maka hitunglah konsentrasi Cl-
pada saat awal dan pada saat penambahan perak nitrat sebanyak 10 mL, 49,9 mL,
50 mL, dan 60 mL dan diketahui KsP AgCl 1,56.10-10
Pada saat awal titrasi belum
terdapat AgNO3 yang ditambahkan sehingga konsentrasi ion klorida adalah sebagai
berikut:
[Cl-] = 0,1 M
pCl = -log [Cl-]
= -log 0,1
= 1
Reaksi yang terjadi adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s)
dari reaksi diatas diketahui bahwa
perbandingan mol antara Ag+ dan Cl- adalah 1:1 sehingga perbandingan ini dapat
dipakai untuk menentukan perubahan konsentrasi ion klorida.
Saat penambahan 10 mL AgNO3 0,1 M
[Cl-]
= (50×0,1)-(10×0,1) / (50+10)
= 0,067 M
pCl
= -log [Cl-]
= -log 0,067
= 1,17
Saat penambahan 49,9 mL AgNO3 0,1 M
[Cl-]
= (50×0,1)-(49,9×0,1)/(50+49,9)
= 1.10-4
pCl
= -log [Cl-]
= -log 1.10-4
= 4
Saat penambahan 50 mL AgNO3
0,1 M
pada saat
penabahan sejumlah ini maka titrasi akan berada pada titik ekuivalen dimana
AgNO3 dan NaCl habis bereaksi membentuk AgCl. Pada saat ini maka tidak ada ion
Ag+ maupun ion Cl- dalam larutan sehingga konsentrasi Cl ditentukan dengan
menggunakan nilai Ksp.
AgCl(s) <-> Ag+(aq)
+ Cl-(aq)
Ksp=[Ag+][Cl-]
Ksp = sxs
Ksp = s2
s = Ksp1/2
s = (1,56.10-10)1/2
s = 1,25.10-5
pCl
= -log[Cl-]
= -log 1,25.10-5
= 4,9
Saat penambahan 60 mL AgNO3 0,1
M
pada saat ini maka terdapat
kelebihan Ag+ sebanyak 10 mL sehingga sekarang kita menghitung
jumlah konsentrasi Ag+ yang berlebih
[Ag+]
= 10x 0,1/(50+60)
= 9,1.10-3
pAg
= -log[Ag+]
= -log 9,1.10-3
= 2,04
karena pCl + pAg adalah 10 (dari
harga Ksp) maka pCl = 10-2,04 = 7,96
Dan kurva titrasinya adalah sebagai
berikut:
Pengaruh
kurva nilai Ksp terhadap kurva titrasi dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Gambar dibawah ini menunjukkan kurva titrasi 25 mL larutan MX (dengan X adalah
Cl‑, I-, dan Br-) dengan 0,05 M AgNO3. Dapat dilihat
bahwa semakin kecil harga Ksp untuk AgI maka kurvanya akan semakin curam
sedangkan semakin besar harga Ksp untuk AgCl maka kurvanya semakin landai. Satu
hal lagi manfaat dari kurva titrasi adalah selain dapat dipakai untuk mencari
titik ekuivalen maka kurva titrasi juga dapat dipakai untuk mencari konsentrasi
kation dan anion disetiap titik dimana titrasi berlangsung.
3.TITRASI
REDUKSI-OKSIDASI
Titrasi
Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi
dan oksidator akan tereduksi.
Agar dapat digunakan sebagai dasar
titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
- Reaksi harus cepat dan sempurna.
- Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara oksidator dan reduktor.
- Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara potentiometrik.
Oleh karena itu banyak unsur-unsur
mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka dikenal beberapa macam titrasi
redoks yaitu :
- Titrasi permanganometri.
- Titrasi Iodo-Iodimetri
- Titrasi Bromometri dan Bromatometri
- Titrasi serimetri
Kurva
titrasi redoks
Kurva titrasi redoks mengambarkan
logaritma hubungan antara potensial elektroda versus konsentrasi analit
/titrat.
Titrasi redoks : Fe2+ + Ce4+ Fe3+ +Ce3+ ; berlangsung cepat dan reversible,
namun potensial elektroda dan kedua adalah identik:
ECe4+ = EFe3+
= E system
Potensial elektroda dari indicator sebanding dengan
potensial elektroda system :
Ein = Ece4+ = EFe3+= Esistem
Oleh karena itu harus diperhatikan
konsentrasi titan/titrat pada saat penambahan indicator. Potensial elektroda
system dapat dihitung berdasarkan potensial standaart. Perbandingan konsentrasi
antara titran/titrat selama titrasi didefenisikan sebagai Esistem.
Titik akhir titrasi Esistem memiliki
karakteristik yang khas.
Pada titik ekuivalen,[Ce4+] dan [Fe2+] sanagt kecil
sehingga sangat sukar ditentukan berdasarkan stoikiometri reaksi. Namun
potensialnya dapat dihitung berdasarkan perbandingan konsentrasi reaktan
terhadap produk pada saat kesetimbangan.
Titik ekuvalen reaksi redoks ini didefenisikan sebagai :
[Fe3+] = [Ce3+]
dan [Fe2+] = ,[Ce4+].
Indikator
titrasi redoks
a.indikator
spesifik
indicator spesifik yang umum digunakan untuk titrasi
redoks adalah amilum, yang membentuk kompleks biru dengan iodine penampakan warna dari kompleks ini
menyebabkan indicator ini sangat spesifik untuk titrasi ini.
Indicator spesifik lainya adalah ion tiosianat yang
digunakan pada titrasi dimana Fe(III) sebagai partisipan. Sebagai contoh
hilangnya warna merah dari Fe(III)/kompeks tiosianat merupakan tanda titik
akhir titrasi dari Fe(III) dengan standar titanium (III).
b.inkator
oksidasi reduksi
indicator redoks yang baik akan memberikan respons
terhadap perubahan potensial elektroda suatu system. Inikator ini secara
subtansial lebih banyak digunakan dibandingkan dengan indicator yang spesifik.
Persamaan
kimia untuk indikator redoks dapat
ditulis sebagai berikut :
In0x + n e‑ Inred
Karena reaksi di atass reversible, maka potensial elektroda berdasarkan
persamaan nerst dapat ditulis :
E = E0 - 0.0592/ n log [ln red]/[ln ox]
Perubahan warna indicator dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi
tergantung dari perbandigan konsentrasinya.
Indicator redoks
selektif
indikator
|
Warna beroksidasi
|
Warna terduksi
|
Potensial peralihan (V)
|
kondisi
|
Erioglausin A
|
Biru kemerahan
|
Kuning kehijauan
|
+ 0.98
|
0.5 M H2SO4
|
difemilamin
|
ungu
|
Tidak berwarna
|
+0.76
|
Asam encer
|
Metilen biru
|
biru
|
Tidak berwarna
|
+0.53
|
1 M asam
|
Indigo tetrasulfonat
|
biru
|
Tidak berwarna
|
+0.36
|
1 M asam
|
phenosafranin
|
nerah
|
Tidak berwarna
|
+0.28
|
1 M asam
|
|
|
|
|
|
JENIS
JENIS TITRASI REDOKS
1. Yodometri dengan Na2S2O3
sebagai titran
Analat
harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat
selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2
inilah yang dititrasi dengan Na2S2O3.
Oks analat + I‑ Red analat + I2 (tanpa indicator, warna iod hilang )
2S2O3 -
+
I2 S4O6- + 2I‑
( indicator amilum )
Reaksi S2O3 - dengan I2 berlansung baik dari
segi kesempurnaannya berdasrkan potensial reduksi masing-masing.
Sumber
kesalahan pada titrasi yodometri ini adalah :
1. Kesalahan
oksigen; oksidasi diudara dapat meyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena
dapat mengoksidasi ion iodide menjadi I2.
2. pada pH
tinggi I2 yang terbentuk dapat bereaksi dengan air ( hidolisis )
3. perubahan
indiator amilum yang terlalu awal.
4. Waktu
reaksi anaklat dengan KI yang berjalan lambat, menyebabakan kemungkinan iod
menguap.
2.Yodimetri dengan I2 sebagai titran
Iod merupakan oksidator yang tidak
terlalu kuat sehingga banyak zat-zat yang merupakan reduktor yang cukupk uat
dapat dititrasi ,indicator ialah amilum dengan perubahan tak berwarna menjadi
biru.
Ketidakstabilan iod disebabkan
oleh :
1. Penguapan
iod
2. Reaksi iod dengan karet, gabus, dan bahan organic
lain yang mungkin masuk dalam larutan lewat debu dan asap.
3. Oksidasi
oleh udara pada pH rendah ; oksodasi ini dipercepat oleh cahaya dan panas.
3 . titrasi
dengan oksidator kuat sbagai titran.
a)
KMnO4
(permanganometri)
b)
K2Cr2O7
(kalium dikromat)
c)
Cerium
tetravalent
APLIKASI
TITRASI REDOKS
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya
iodometri dengan I2 sebagai titran
adalah untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan
mengoksidasi yang tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi
berdasarkan iodometri langsung.
Pengunaan ini memeanfaatkan kesangupan ikatan
rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat)
pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah
penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan
belerang dioksida membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air,
maka kedua kompleks ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.
4.TITRASI
KOMPLEKSOMETRI
Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi
kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA.
EDTA adalah pereaksi luar biasa:
a.
Dapat
membentuk kelat dengan semua kation
b.
Kelat-kelat
tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada metode titrimetri.kestebialn yang
besar disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur
melingkar dalam kation yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.
Perhitungan kesetimbangan yang
melibatkan EDTA
Kurva
titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+ dengan EDTA menampilkan
hubungan antar pM vs Titran. Nilai pM secara cepat dapat dihitung pada tahap
awal titrasi denga asumsi bahawa konsentrasi pada saat kesetimbangan ion Mn+
sama dengan konsentrasi analitiknya yang diperoleh dari data stokiometri.
Perhitungan
konsentasi Mn+ pada dan setalah titik ekuivalen memerlukan persamaan
kesetimbangan. Perhitungan pada daerah ini sulit dan butuh waktu jika PH tidak
diketahui dan bervariasi tergantung pada nilsi pHnya. Beruntung sekali karena
titrasi EDTA selalu dilakukan pada pada larutan yang dipertahankan pHnya untuk
mencegah gangguan kation lain menjamin tetap berfungsinya indicator.
Indicator untuk titrasi dengan EDTA
Relley dan Bernard telah
mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat digunakan sebagai ion logam
dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik)
Beberapa contoh antara lain :
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c. Biru
Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electron
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electron
d.erio T
(EBT) adalah contoh indiator metalokromatik yang biasa digunakan pada titrasi
beberapa kation umum. Seyaw ini mengandung gugus sulfonat yang terdisiosisasi
dalam air dan 2 gugus fenol yang terdisosiasi sebagian.
Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :
1.
Titrasi langsung
2.
Titrasi balik
3.
Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4.
Titrasi alkalimetri
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa analisis volumetric tebagi atas 4 yaitu :
·
titrasi asam-basa
Titrasi asam basa
adalah titrasi yang melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi
dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam
basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah
diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai
fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
·
titrasi pengendapan
titrasi pengendapan merupakan suatu
proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan dari zat-zat yang
saling bereaksi (analit dan titran ).
·
titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi
Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi
dan oksidator akan tereduksi.
·
Titrasi kompeksometri
Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
SARAN
Kepada
pembaca, semoga dengan makalah ini bukan hanya sekedar bahan bacaan, tetapi
untuk dapat menambah wawasan serta memahami ilmu khususnya ilmu kimia.
DAFTAR
PUSTAKA
ü
Day,R.A., 1981. Analisis Kimia
Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
ü Sukmariah.
1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
ü Brady,
James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
ü Syukri.1999.
Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar