TUGAS ILMU KEALAMAN DASAR
“HUTAN DI KOTA
AMBON"
DISUSUN OLEH:
NAMA :ROCKY R. NIKIJULUW
NIM : 2010 -41- 020
PRODY : PEND KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena atas berkat dan
rahmatnya,penulis dapat menyelesaikan tugas ini tanpa kurang suatu apapun.
Adapun tugas ini kami buat hanya sebatas kemampuan kami,sehingga mungkin
banyak terdapat banyak kesalahan dalam penulisan ini.untuk iitu saran dan
kritik penulis terima demi menyempurnakan tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Hutan adalah
sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus
hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang
tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan
dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati
daerah yang cukup luas.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak
hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non
kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman
pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan
dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah
timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan
merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan
adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.[1]
Hutan memberikan pengaruh pada sumber daya alam lain melalui
tiga faktor yang berhubungan, yakni iklim, tanah dan pengadaan air di berbagai
wilayah. Apapun bentuk yang dimiliki hutan, pada hakekatnya hutan selalu
merupakan perpaduan lima unsur pokok pembentuknya, yaitu bumi (tanah), air,
alam hayati, udara dan sinar matahari. Tanpa adanya salah satu dari unsur-unsur
tersebut, secara mutlak mengakibatkan tidak adanya hutan.
Hutan mempunyai fungsi ekologi yang penting. Fungsi
Hidrologi hutan bersifat lokal dan regional dan Fungsi Pengaturan Iklim,
khususnya pemanasan global dan sebagai sumberdaya hayati, bersifat
global.Kerusakan hutan tidak saja merugikan secara fisik dan ekonomis, tetapi
yang paling penting adalah terhadap keseimbangan ekonomi dan ekologi. Lingkungan
hutan merupakan suatu ekosistem tertentu dengan fungsi tertentu pula, dimana di
dalam ekosistem tersebut memiliki peran masing-masing. Apabila terjadi
kerusakan, maka akan menggangu keseimbangan ekosistem di dalam hutan tersebut.
Terganggunya keseimbangan ekosistem tersebut akan menyebabkan dampak ikutan
terhadap seluruh sistem yang ada di dalam hutan tersebut.
Hutan yang kita umpamakan adalah hutan
hujan tropis yang ideal, dimana biodiversitasnya tinggi. Sehingga fungsi hutan
dapat mempunyai fungsi yang ideal seperti:
- sebagai
paru-paru dunia
- sebagai sumber air
(fungsi hidrologi)
- sebagai
habitat flora dan fauna,
- sebagai
sumber daya alam, yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial, dll.
Untuk kasus ini kita akan mempelajari tentang hutan bakau/
mangrove di kota ambon.
Hutan bakau atau disebut juga hutan
mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di
mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya
dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi
tanah; salinitas
tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air
laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini,
dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi
dan evolusi.Mangrove mempunyai peranan ekologis, ekonomis, dan sosial yang sangat penting dalam mendukung pembangunan wilayah pesisir. Kegiatan rehabilitasi menjadi sangat prioritas sebelum dampak negatif dari hilangnya mangrove ini meluas dan tidak dapat diatasi (tsunami, abrasi, intrusi, pencemaran, dan penyebaran penyakit).
2.
Pustaka (lokasi mana)
Daerah desa tawiri
BAB II
ISI
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove
dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali.
Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan
fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri.
Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove
bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di
darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol
yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan
suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada
pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya,
benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.
Kawasan hutan
mangrove yang merupakan objek penelitian berada pada desa Tawiri Kecamatan
Teluk Ambon. Pesisir desa Tawiri terletak pada kawasan pesisir Teluk Ambon Luar
(TAL). Kondisi lingkungan penelitian ini berada pada lingkungan pesisir dalam
wilayah pasang surut. Desa Tawiri secara kewilayahan termasuk dalam wilayah
Kecamatan Teluk Ambon, dengan luas ±12 Ha, terbentang dari pesisir pantai
sampai dengan daerah perbukitan. Secara geografis lokasi penelitian di sebelah
Utara berbatasan dengan PT. DOK dan Perkapalan, di sebelah Selatan berbatasan
dengan perkampungan desa Tawiri, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Ambon
bagian luar dan sebelah Barat berbatasan dengan perbukitan. Daerah ini memiliki
pantai yang ditumbuhi oleh hutan mangrove dengan luas 3,08 ha yang dibatasi
oleh dua buah aliran sungai yaitu Wai Lawa dan Wai Wesa.
Berdasarkan hasil
inventarisasi, tercatat lima (5) jenis mangrove: Avicennia alba, Bruguiera
gimnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan
Sonneratia alba (Wattimury, 2003).
Famili Rhizophoraceae memiliki jumlah terbesar yang
terdiri dari 2 genus dan 3 spesies. Hal ini didukung oleh tingkat kemampuan
adaptasi morfologi dan anatomi dari Famili Rhizophoraceae yang lebih
baik. Sedangkan famili-famili lainnya seperti Sonneratiaceae dan Verbenaceae
hanya dengan satu genus saja. Spesies mangrove di lokasi penelitian, paling
banyak didominasi oleh Sonneratia alba.
Secara umum, hutan mangrove desa Tawiri mempunyai fungsi dan
manfaat adalah sebagai
berikut :
• Peredam gelombang dan angin laut, penahan dan perangkap
sedimen
• daerah mencari makan (feeding grounds), daerah
pemijahan
(spawning grounds)
bagi berbagai jenis ikan, kepiting, kerang dan biota laut lainnya.
• Penghasil kayu bakar, pemasok larva ikan, kepiting, kerang
dan biota laut lainnya.
• Tempat hidup dan berkembang biak ikan, kepiting, kerang dan
satwa liar lainya yang di antaranya endemik.
• Tempat praktek kerja lapangan dan penelitian bagi mahasiswa
maupun pihak yang terkait.
Fungsi dan manfaat dari ekosistem mangrove ini, merupakan
mata rantai utama dalam menopang keseimbangan ekosistem perairan pantai daerah
ini.
Identifikasi
manfaat dan fungsi ekosistem hutan mangrove di desa Tawiri, pada saat ini
dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori manfaat, yaitu: manfaat langsung,
manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat eksistensi.
Berdasarkan survei dan wawancara dengan para responden ditemukan
bahwa bentuk-bentuk pemanfaatan di dalam maupun disekitar hutan mangrove selain
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang
berada di dekat desa Tawiri.
Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat diidentifikasi
bentuk-bentuk pemanfaatan kawasan hutan mangrove, yaitu;
(1) aktivitas penangkapan,
(2) aktivitas pengumpulan kerang
(bameti),
(3) aktivitas pembuangan sampah.
Manfaat langsung dari hutan mangrove desa Tawiri yang
dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat terdiri atas 3 jenis manfaat yaitu,
(1) manfaat hasil hutan, berupa kayu
bakar;
(2) manfaat penangkapan hasil perikanan,
yaitu kepiting, kerang, ikan.
Jenis
Manfaat
|
Nilai
manfaat (Rp/ha/thn))
|
Total Biaya
(Rp
|
Manfaat
Bersih (Rp/ha/thn)
|
Persentase
(%)
|
Kayu Bakar
|
1.440.000,00
|
120.000,00
|
1.320.000,00
|
18,22
|
Ikan
|
6.300.000,00
|
3.308.000,00
|
2.992.000,00
|
41,30
|
Kepiting
|
840.000,00
|
13.000,00
|
827.000,00
|
11,41
|
Kerang
|
1.440.000,00
|
6.000,00
|
1.434.000,00
|
19,79
|
Jumlah
|
11.347.500,00
|
4.103.000,00
|
7.245.000,00
|
100,00
|
• Manfaat Tidak Langsung (MTL)
Manfaat ini meliputi:
(1) manfaat fisik sebagai peredam
gelombang; dan
(2) manfaat biologis sebagai tempat penyedia pakan (feeding
ground).
Pendekatan
penilaiannya adalah dengan metode penggantian. Nilai manfaat fisik sebagai
peredam gelombang diestimasi melalui pendekatan pembuatan breakwater.
Menurut wawancara dengan salah seorang pegawai Dinas PU Propinsi Maluku, nilai
pembuatan breakwater untuk ukuran 1m x 0,15 m x 1 m (p x l x t) dengan
daya tahan 10 tahun adalah Rp 278.679,00. Berdasarkan panjang garis pantai
ekosistem hutan mangrove desa Tawiri adalah 451 m, maka dibutuhkan breakwater
sejumlah 225 buah. Nilai pembuatan breakwater untuk225 breakwater
dengan daya tahan 10 tahun seluruhnya adalah Rp 62.702.775,00. Nilai
tersebut dibagi dengan 10 tahun untuk mendapatkan nilai per tahun. Dengan
demikian, nilai manfaat fisik hutan mangrove sebagai peredam gelombang (breakwater)
adalah sebesar Rp 6.270.277,50/tahun. Nilai manfaat biologis sebagai sebagai
tempat penyedia pakan (feeding ground
• Manfaat Pilihan
Nilai
manfaat pilihan didekati dengan menggunakan nilai dari keanekaragaman hayati(biodiversity).
Nilai keanekaragaman hutan mangrove di Indonesia adalah US$ 1.500/km2/tahun
atau US$ 15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1991 dalam Fahrudin, 1996). Dengan nilai
tukar Rupiah rata-rata terhadap Dollar yaitu Rp 9.200,00 (Juni, 2008), maka
nilai manfaat pilihan hutan mangrove desa Tawiri saat ini sebesar Rp
138.000,00/ha/tahun dikalikan dengan luasan hutan mangrove 3,08 ha,maka
diperoleh nilai manfaat sebesar Rp 425.040,00/tahun
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan :
berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan :
Mangrove mempunyai peranan ekologis,
ekonomis, dan sosial yang sangat penting dalam mendukung pembangunan wilayah
pesisir,merupakan tempat hidup bagi organisme
laut (tempat bertelurnya ikan-ikan, kerang dan kepiting ), dan membantu
masyarakat ( mencukupi kebutuhan hidup) serta melindungi daerah dari abrasi /
gelombang ( menjaga garis pantai).
SARAN
Sebagai warga kota sudah sepatutnya
kita menjaga dan melestarikan hutan kita karna dapat menjadi tempat bernaung
sekaligus tempat perlindungan anak cucu kita kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar